Daerah Khusus Ibukota Jakarta |
— Provinsi — |
(Dari atas, kiri ke kanan): Kota Tua Jakarta, Bundaran Hotel Indonesia, Cakrawala Jakarta, Stadion Gelora Bung Karno, Taman Mini Indonesia Indah,Monumen Nasional, Istana Merdeka, Masjid Istiqlal |
|
Slogan: "Jaya Raya" ("Jaya dan Besar (Agung)") |
Peta lokasi Daerah Khusus Ibukota Jakarta |
Negara | Indonesia |
Hari jadi | 22 Juni 1527 (hari jadi) |
Dasar hukum | UURI Nomor 29 Tahun 2007 |
Ibu kota | Jakarta |
Koordinat | 5° 19' 12" - 6° 23' 54" LS 106° 22' 42" - 106° 58' 18"BT |
Pemerintahan |
• Gubernur | Ir. H. Joko Widodo |
• Wakil Gubernur | Ir. Basuki Tjahaja Purnama. M.M |
Luas |
• Total | 740.3 km2 (285.8 mil²) |
Populasi (2011)[1] |
• Total | 10.187.595 |
• Kepadatan | 14,000/km2 (36,000/sq mi) |
Demografi |
• Suku bangsa | Jawa (35,16%), Betawi(27,65%), Sunda (15,27%),Tionghoa (5,53%), Batak(3,61%), Minang (3,18%),Melayu (1,62%), Lain-lain (7,98%).[2] |
• Agama | Islam (85,36%), Protestan(7,54%), Katolik (3,15%),Buddha (3,13%), Hindu(0,21%), Konghucu (0,06%)[3] |
• Bahasa | Indonesia, Betawi, Jawa,Tionghoa, Sunda,Minangkabau, Batak,Inggris |
Zona waktu | WIB (UTC+7) |
Kabupaten | 1 |
Kota | 5 |
Kecamatan | 44 |
Desa/kelurahan | 267 |
Lagu daerah | Kicir-Kicir |
Rumah tradisional | Rumah Bapang/Kebaya |
Senjata tradisional | Golok |
Situs web | www.jakarta.go.id |
Daerah Khusus Ibukota Jakarta (
DKI Jakarta,
Jakarta Raya) adalah
ibu kota negara
Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status setingkat
provinsi. Jakarta terletak di bagian barat laut
Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama
Sunda Kelapa (sebelum 1527),
Jayakarta (
1527-
1619),
Batavia/Batauia, atau
Jaccatra (1619-1942), dan
Djakarta (1942-1972). Di dunia internasional Jakarta juga mempunyai julukan seperti
J-Town,
[4] atau lebih populer lagi
The Big Durian karena dianggap kota yang sebanding
New York City (
Big Apple) di Indonesia.
[5][6]
Jakarta memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk berjumlah 10.187.595 jiwa (2011).
[7] Wilayah metropolitan Jakarta (
Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa,
[8] merupakan metropolitan terbesar di Asia Tenggara atau urutan kedua di dunia.
Sebagai pusat bisnis, politik, dan kebudayaan, Jakarta merupakan tempat berdirinya kantor-kantor pusat BUMN, perusahaan swasta, dan perusahaan asing. Kota ini juga menjadi tempat kedudukan lembaga-lembaga pemerintahan dan kantor sekretariat
ASEAN. Jakarta dilayani oleh dua bandar udara, yakni
Bandara Soekarno–Hatta dan
Bandara Halim Perdanakusuma, serta satu pelabuhan laut di
Tanjung Priok.
- Lihat pula: Sunda Kelapa, Kerajaan Sunda dan Sejarah Batavia

Peta Batavia (sekarang Jakarta) tahun 1888.
Nama
Jakarta digunakan sejak
masa pendudukan Jepang tahun 1942, untuk menyebut wilayah bekas
Gemeente Batavia yang diresmikan pemerintah
Hindia Belanda pada tahun 1905.
[9] Nama ini dianggap sebagai kependekan dari kata
Jayakarta (
Dewanagari जयकृत), yang diberikan oleh orang-orang
Demak dan
Cirebon di bawah pimpinan
Fatahillah (Faletehan) setelah menyerang dan menduduki pelabuhan Sunda Kelapa pada tanggal 22 Juni 1527. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai "kota kemenangan" atau "kota kejayaan", namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh sebuah perbuatan atau usaha".
Bentuk lain ejaan nama kota ini telah sejak lama digunakan. Sejarawan Portugis João de Barros dalam
Décadas da Ásia (1553) menyebutkan keberadaan "
Xacatara dengan nama lain
Caravam (Karawang)".
[10] Sebuah dokumen (piagam) dari Banten (k. 1600) yang dibaca ahli epigrafi
Van der Tuuk juga telah menyebut istilah
wong Jaketra,
[11] demikian pula nama
Jaketra juga disebutkan dalam surat-surat
Sultan Banten[12] dan
Sajarah Banten (pupuh 45 dan 47)
[13] sebagaimana diteliti
Hoessein Djajadiningrat.
[14] Laporan
Cornelis de Houtman tahun 1596 menyebut
Pangeran Wijayakrama sebagai
koning van Jacatra (raja Jakarta).
[15]
Sunda Kelapa (397–1527)[sunting]
Jakarta pertama kali dikenal sebagai salah satu pelabuhan
Kerajaan Sunda yang bernama
Sunda Kalapa, berlokasi di muara
Sungai Ciliwung. Ibu kota
Kerajaan Sunda yang dikenal sebagai Dayeuh
Pakuan Pajajaran atau
Pajajaran(sekarang
Bogor) dapat ditempuh dari pelabuhan Sunda Kalapa selama dua hari perjalanan. Menurut sumber Portugis, Sunda Kalapa merupakan salah satu pelabuhan yang dimiliki
Kerajaan Sunda selain pelabuhan Banten, Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk. Sunda Kalapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam
bahasa Sunda modern: dayeuh yang berarti ibu kota) dalam tempo dua hari.
Kerajaan Sunda sendiri merupakan kelanjutan dari
Kerajaan Tarumanagara pada
abad ke-5 sehingga pelabuhan ini diperkirakan telah ada sejak abad ke-5 dan diperkirakan merupakan ibu kota Tarumanagara yang disebut Sundapura.
Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari
Tiongkok,
Jepang,
India Selatan, dan
Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Jayakarta (1527–1619)[sunting]
Bangsa
Portugis merupakan Bangsa
Eropa pertama yang datang ke Jakarta. Pada
abad ke-16,
Surawisesa, raja Sunda meminta bantuan Portugis yang ada di Malaka untuk mendirikan benteng di Sunda Kelapa sebagai perlindungan dari kemungkinan serangan Cirebon yang akan memisahkan diri dari
Kerajaan Sunda. Upaya permintaan bantuan Surawisesa kepada Portugis di Malaka tersebut diabadikan oleh orang
Sunda dalam cerita pantun seloka
Mundinglaya Dikusumah, dimana Surawisesa diselokakan dengan nama gelarnya yaitu Mundinglaya. Namun sebelum pendirian benteng tersebut terlaksana, Cirebon yang dibantu Demak langsung menyerang pelabuhan tersebut. Orang Sunda menyebut peristiwa ini tragedi, karena penyerangan tersebut membungihanguskan kota pelabuhan tersebut dan membunuh banyak rakyat Sunda disana termasuk syahbandar pelabuhan.
Penetapan hari jadi Jakarta tanggal
22 Juni oleh
Sudiro, walikota Jakarta, pada tahun 1956 adalah berdasarkan tragedi pendudukan pelabuhan Sunda Kalapa oleh
Fatahillah pada tahun
1527. Fatahillah mengganti nama kota tersebut menjadi
Jayakarta yang berarti "kota kemenangan". Selanjutnya Sunan Gunung Jati dari
Kesultanan Cirebon, menyerahkan pemerintahan di Jayakarta kepada putranya yaitu
Maulana Hasanuddin dari Banten yang menjadi sultan di
Kesultanan Banten.
Batavia (1619–1942)[sunting]
Berkas suara ini dibuat dari revisi tanggal 2012-05-30, dan tidak termasuk suntingan terbaru ke artikel. (
Bantuan suara)
Orang
Belanda datang ke Jayakarta sekitar akhir abad ke-16, setelah singgah di Banten pada tahun
1596. Jayakarta pada awal abad ke-17 diperintah oleh
Pangeran Jayakarta, salah seorang kerabat
Kesultanan Banten. Pada
1619,
VOCdipimpin oleh
Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan
Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi
Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. (
Lihat Batavia). Untuk pembangunan kota, Belanda banyak mengimpor budak-budak sebagai pekerja. Kebanyakan dari mereka berasal dari
Bali,
Sulawesi,
Maluku,
Tiongkok, dan
pesisir Malabar, India. Sebagian berpendapat bahwa mereka inilah yang kemudian membentuk komunitas yang dikenal dengan nama
suku Betawi. Waktu itu luas Batavia hanya mencakup daerah yang saat ini dikenal sebagai
Kota Tua di Jakarta Utara. Sebelum kedatangan para budak tersebut, sudah ada masyarakat Sunda yang tinggal di wilayah Jayakarta seperti masyarakat
Jatinegara Kaum. Sedangkan suku-suku dari etnis pendatang, pada zaman kolinialisme Belanda, membentuk wilayah komunitasnya masing-masing. Maka di Jakarta ada wilayah-wilayah bekas komunitas itu seperti Pecinan,
Pekojan,
Kampung Melayu, Kampung Bandan, Kampung Ambon,
Kampung Bali, dan
Manggarai.
Pada tanggal
9 Oktober 1740, terjadi kerusuhan di Batavia dengan terbunuhnya 5.000 orang Tionghoa. Dengan terjadinya kerusuhan ini, banyak orang Tionghoa yang lari ke luar kota dan melakukan perlawanan terhadap Belanda.
[16] Dengan selesainya
Koningsplein (
Gambir) pada tahun 1818, Batavia berkembang ke arah selatan. Tanggal 1 April 1905 di Ibukota Batavia dibentuk dua kotapraja atau
gemeente, yakni Gemeente Batavia dan Meester Cornelis. Tahun 1920, Belanda membangun kota taman Menteng, dan wilayah ini menjadi tempat baru bagi petinggi Belanda menggantikan
Molenvliet di utara. Pada tahun 1935, Batavia dan Meester Cornelis (
Jatinegara) telah terintegrasi menjadi sebuah wilayah Jakarta Raya.
[17]
Pada 1 Januari 1926 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan peraturan untuk pembaharuan sistem desentralisasi dan dekonsentrasi yang lebih luas. Di Pulau Jawa dibentuk pemerintahan otonom provinsi.
Provincie West Java adalah provinsi pertama yang dibentuk di wilayah Jawa yang diresmikan dengan surat keputusan tanggal 1 Januari 1926, dan diundangkan dalam Staatsblad (Lembaran Negara) 1926 No. 326, 1928 No. 27 jo No. 28, 1928 No. 438, dan 1932 No. 507. Batavia menjadi salah satu keresidenan dalam
Provincie West Java disamping Banten, Buitenzorg (Bogor), Priangan, dan Cirebon.
Jakarta (1942–Sekarang)[sunting]
Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah
Soemarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Jakarta diubah dari Daerah Tingkat Satu menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI) dan gubernurnya tetap dijabat oleh Sumarno.
[18]
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja kepemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun penduduknya berlipat lebih dari dua kali. Berbagai kantung pemukiman kelas menengah baru kemudian berkembang, seperti
Kebayoran Baru,
Cempaka Putih,
Pulo Mas,
Tebet, dan
Pejompongan. Pusat-pusat pemukiman juga banyak dibangun secara mandiri oleh berbagai kementerian dan institusi milik negara seperti
Perum Perumnas.
Laju perkembangan penduduk ini pernah coba ditekan oleh gubernur
Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti
banjir,
kemacetan, serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai.
Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Saat ini, lebih dari 70% uang negara beredar di Jakarta.
[19] Perekonomian Jakarta terutama ditunjang oleh sektor perdagangan, jasa, properti, industri kreatif, dan keuangan. Beberapa sentra perdagangan di Jakarta yang menjadi tempat perputaran uang cukup besar adalah kawasan Tanah Abang dan Glodok. Kedua kawasan ini masing-masing menjadi pusat perdagangan tekstil serta barang-barang elektronik, dengan sirkulasi ke seluruh Indonesia. Bahkan untuk barang tekstil dari Tanah Abang, banyak pula yang menjadi komoditi ekspor. Sedangkan untuk sektor keuangan, yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Jakarta adalah industri perbankan dan pasar modal. Untuk industri pasar modal, pada bulan Mei 2013 Bursa Efek Indonesia tercatat sebagai bursa yang memberikan keuntungan terbesar, setelah
Bursa Efek Tokyo.
[20] Pada bulan yang sama, kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia telah mencapai USD 510,98 miliar atau nomor dua tertinggi di kawasan ASEAN.
[21]
Pada tahun 2012, pendapatan per kapita masyarakat Jakarta sebesar Rp 110,46 juta per tahun (USD 12,270).
[22] Sedangkan untuk kalangan menengah atas dengan penghasilan Rp 240,62 juta per tahun (USD 26,735), mencapai 20% dari jumlah penduduk. Disini juga bermukim lebih dari separuh orang-orang kaya di Indonesia dengan penghasilan minimal USD 100,000 per tahun. Kekayaan mereka terutama ditopang oleh kenaikan harga saham serta properti yang cukup signifikan. Saat ini Jakarta merupakan kota dengan tingkat pertumbuhan harga properti mewah yang tertinggi di dunia, yakni mencapai 38,1%.
[23] Selain hunian mewah, pertumbuhan properti Jakarta juga ditopang oleh penjualan dan penyewaan ruang kantor. Pada periode 2009-2012, pembangunan gedung-gedung pencakar langit (di atas 150 meter) di Jakarta mencapai 87,5%. Hal ini telah menempatkan Jakarta sebagai salah satu kota dengan pertumbuhan pencakar langit tercepat di dunia.
[24] Pada tahun 2020, diperkirakan jumlah pencakar langit di Jakarta akan mencapai 250 unit. Dan pada saat itu Jakarta telah memiliki gedung tertinggi di Asia Tenggara dengan ketinggian mencapai 638 meter (The Signature Tower).

Peta pola induk transportasi metropolitan Jakarta
Di DKI Jakarta, tersedia jaringan jalan raya dan
jalan tol yang melayani seluruh kota, namun perkembangan jumlah mobil dengan jumlah jalan sangatlah timpang (5-10% dengan 4-5%).
Menurut data dari Dinas Perhubungan DKI, tercatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Definisi rawan macet adalah arus tidak stabil, kecepatan rendah serta antrean panjang. Selain oleh warga Jakarta, kemacetan juga diperparah oleh para pelaju dari kota-kota di sekitar Jakarta seperti
Depok,
Bekasi,
Tangerang, dan
Bogor yang bekerja di Jakarta. Untuk di dalam kota, kemacetan dapat dilihat di
Jalan Sudirman,
Jalan Thamrin,
Jalan Rasuna Said,
Jalan Satrio, dan
Jalan Gatot Subroto. Kemacetan sering terjadi pada pagi dan sore hari, yakni disaat jam pergi dan pulang kantor.
Untuk melayani mobilitas penduduk Jakarta, pemerintah menyediakan sarana bus
PPD. Selain itu terdapat pula bus kota yang dikelola oleh pihak swasta, seperti Mayasari Bhakti, Metro Mini, Kopaja, dan Bianglala. Bus-bus ini melayani rute yang menghubungkan terminal-terminal dalam kota, antara lain Pulogadung, Kampung Rambutan, Blok M, Kalideres, Grogol, Tanjung Priok, Lebak Bulus, Rawamangun, dan Kampung Melayu.
Untuk angkutan lingkungan, terdapat angkutan kota seperti Mikrolet dan KWK, dengan rute dari terminal ke lingkungan sekitar terminal. Selain itu ada pula
ojek,
bajaj, dan
bemo untuk angkutan jarak pendek. Tidak seperti wilayah lainnya di Jakarta yang menggunakan sepeda motor, di kawasan Tanjung Priok dan Jakarta Kota, pengendara ojek menggunakan sepeda ontel. Angkutan
becak masih banyak dijumpai di wilayah pinggiran Jakarta seperti di Bekasi, Tangerang, dan Depok.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah memulai pembangunan kereta bawah tanah (
subway) pada 2 Mei 2013 yang dananya diperoleh dari pinjaman lunak negara Jepang. Subway jalur
Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia sepanjang 15 km ditargetkan beroperasi pada 2017. Jalur kereta monorel juga sedang dipersiapkan melayani jalur Semanggi - Roxy yang dibiayai swasta dan jalur Kuningan - Cawang - Bekasi - Bandara Soekarno Hatta yang dibiayai pemerintah pusat. Untuk lintasan kereta api, pemerintah pusat sedang menyiapkan
double track pada jalur lintasan kereta api Manggarai-
Cikarang. Selain itu juga, saat ini sedang dibangun jalur kereta api dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta di Cengkareng.

Bus Transjakarta (
Busway).
Sejak tahun 2004, Pemerintah Daerah DKI Jakarta telah menghadirkan layanan transportasi umum yang dikenal dengan
TransJakarta. Layanan ini menggunakan bus AC dan halte yang berada di jalur khusus. Saat ini ada dua belas koridor Transjakarta yang telah beroperasi, yaitu :
Kereta Listrik[sunting]
Selain bus kota, angkutan kota, dan bus
Transjakarta, sarana transportasi andalan masyarakat
Jakarta adalah
kereta rel listrik atau yang biasa dikenal dengan
KRL Jabotabek. Kereta listrik ini beroperasi dari pagi hari hingga malam hari, melayani masyrakat penglaju yang bertempat tinggal di seputaran Jabodetabek. Ada beberapa jalur
kereta rel listrik, yakni
- Jalur Merah Jakarta Kota - Bogor, lewat Gambir, Manggarai, Pasar Minggu, dan Depok.
- Jalur Jingga Bogor - Jatinegara, lewat Gambir, Jakarta Kota, dan Pasar Senen.
- Jalur Biru Jakarta Kota - Bekasi, lewat Gambir, Manggarai, dan Jatinegara.
- Jalur Hijau Tanah Abang - Maja, lewat Kebayoran Lama dan Serpong.
- Jalur Coklat Duri - Tangerang, lewat Rawa Buaya.
- Jalur Ungu Jakarta Kota - Pelabuhan Tanjung Priok.
- Jalur Pengumpan.
Angkutan Sungai[sunting]
Angkutan Sungai, atau lebih populer dengan sebutan Waterways, adalah sebuah sistem transportasi alterntif melalui sungai di Jakarta, Indonesia. Sistem transportasi ini diresmikan penggunaannya oleh Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso pada tanggal 6 Juni 2007. Sistem ini merupakan bagian dari penataan sistem transportasi di Jakarta yang disebut Pola Transportasi Makro (PTM). Dalam PTM disebutkan bahwa arah penataan sistem transportasi merupakan integrasi beberapa model transportasi yang meliputi Bus Rapid Transit (BRT), Light Rapid Transit (LRT), Mass Rapid Transit (MRT), dan Angkutan Sungai (Waterways).[1]
Waterways mulai dioperasikan dan diintegrasikan dalam transportasi makro Jakarta setelah peresmian rute Halimun-Karet sepanjang 1,7 kilometer oleh Gubernur Sutiyoso pada 6 Juni 2007. Rute ini merupakan bagian dari perencanaan rute Manggarai-Karet sepanjang 3,6 kilometer. Waterways merupakan kelanjutan dari pengoperasian sistem transportasi TransJakarta. Untuk mengawali Waterways, Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta mengoperasikan dua unit kapal yang masing-masing berkapasitas 28 orang yang disebut KM Kerapu III dan KM Kerapu IV yang berkecepatan maksimal 8 knot
Infrastruktur[sunting]
Sebagai salah satu kota metropolitan dunia, Jakarta telah memiliki infrastruktur penunjang berupa jalan, listrik, telekomunikasi, air bersih, gas, serat optik, bandara, dan pelabuhan. Saat ini rasio jalan di Jakarta mencapai 6,2% dari luas wilayahnya.
[25] Selain jalan protokol, jalan ekonomi, dan jalan lingkungan, Jakarta juga didukung oleh jaringan
Jalan Tol Lingkar Dalam,
Jalan Tol Lingkar Luar,
Jalan Tol Jagorawi, dan
Jalan Tol Ulujami-Serpong. Pemerintah juga berencana akan membangun Tol Lingkar Luar tahap kedua yang mengelilingi kota Jakarta dari Bandara Soekarno Hatta-Tangerang-Serpong-Cinere-Cimanggis-Cibitung-Tanjung Priok.
Untuk ke luar pulau dan luar negeri,
Jakarta memiliki satu pelabuhan laut di
Tanjung Priok dan dua bandar udara yaitu:
Untuk pengadaan air bersih, saat ini Jakarta dilayani oleh dua perusahaan asing, yakni Thames Jaya (
Inggris) untuk wilayah sebelah timur Sungai Ciliwung, dan PAM Lyonnaise Jaya (
Prancis) untuk wilayah sebelah barat Sungai Ciliwung. Pada tahun 2010, kedua perusahaan ini hanya menyuplai air bersih kepada 44% penduduk Jakarta.
[26]
Jumlah penduduk dari tahun ke tahun |
Tahun | Jumlah penduduk | %± |
1870 | 65.000 | — |
1875 | 99.100 | 52.5% |
1880 | 102.900 | 3.8% |
1890 | 105.100 | 2.1% |
1895 | 114.600 | 9.0% |
1901 | 115.900 | 1.1% |
1905 | 138.600 | 19.6% |
1918 | 234.700 | 69.3% |
1920 | 253.800 | 8.1% |
1925 | 290.400 | 14.4% |
1930 | 435.184 | 49.9% |
1940 | 533.000 | 22.5% |
1945 | 600.000 | 12.6% |
1950 | 1.733.600 | 188.9% |
1959 | 2.814.000 | 62.3% |
1961 | 2.906.533 | 3.3% |
1971 | 4.546.492 | 56.4% |
1980 | 6.503.449 | 43.0% |
1990 | 8.259.639 | 27.0% |
2000 | 8.384.853 | 1.5% |
2005 | 8.540.306 | 1.9% |
2010 | 9.607.787 | 12.5% |
Berdasarkan data BPS pada tahun 2011, jumlah penduduk Jakarta adalah 10.187.595 jiwa. Namun pada siang hari, angka tersebut dapat bertambah seiring datangnya para pekerja dari
kota satelit seperti
Bekasi,
Tangerang,
Bogor, dan
Depok.
Agama yang dianut oleh penduduk DKI Jakarta beragam. Menurut data pemerintah DKI pada tahun 2005, komposisi penganut agama di kota ini adalah
Islam (84,4%),
Kristen Protestan (6,2 %),
Katolik (5,7 %),
Hindu (1,2 %), dan
Buddha(3,5 %)
[27] Jumlah umat Buddha terlihat lebih banyak karena umat
Konghucu juga ikut tercakup di dalamnya. Angka ini tidak jauh berbeda dengan keadaan pada tahun 1980, dimana umat Islam berjumlah 84,4%; diikuti oleh Protestan (6,3%), Katolik (2,9%), Hindu dan Buddha (5,7%), serta Tidak beragama (0,3%)
[28] Menurut Cribb, pada tahun 1971 penganut agama
Kong Hu Cu secara relatif adalah 1,7%. Pada tahun 1980 dan 2005, sensus penduduk tidak mencatat agama yang dianut selain keenam
agama yang diakui pemerintah.
Bagi umat Hindu yang bermukim di Jakarta dan sekitarnya, terdapat Pura Adhitya Jaya yang berlokasi di Rawamangun, Jakarta Timur, dan Pura Segara di Cilincing, Jakarta Utara. Rumah ibadah umat Buddha antara lain Vihara Dhammacakka Jaya di
Sunter,
Vihara Theravada Buddha Sasana di
Kelapa Gading, dan Vihara Silaparamitha di Cipinang Jaya. Sedangkan bagi penganut Konghucu terdapat
Kelenteng Jin Tek Yin. Jakarta juga memiliki satu
sinagoga yang digunakan oleh pekerja asing Yahudi.
[rujukan?]
Berdasarkan sensus penduduk tahun
2000, tercatat bahwa penduduk Jakarta berjumlah 8,3 juta jiwa yang terdiri dari orang
Jawa sebanyak 35,16%,
Betawi (27,65%),
Sunda (15,27%),
Tionghoa (5,53%),
Batak (3,61%),
Minangkabau (3,18%),
Melayu(1,62%),
Bugis (0,59%),
Madura (0,57%),
Banten (0,25%), dan
Banjar (0,1%)
[29]
Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta.
Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti
Cengkareng,
Kebon Jeruk,
Pasar Minggu, dan
Pulo Gadung[30]
Orang
Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal mengelompok di daerah-daerah pemukiman yang dikenal dengan istilah
Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di
Glodok,
Pinangsia, dan
Jatinegara, selain perumahan-perumahan baru di wilayah
Kelapa Gading,
Pluit, dan
Sunter. Orang Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang.
[31] Disamping etnis Tionghoa, etnis
Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta.
Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah
Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan
Portugis, serta orang-orang yang berasal dari
Luzon,
Filipina.
[30]
Etnis di Jakarta pada tahun 1930, 1961, dan 2000
Etnis | Tahun 1930 [32] | Tahun 1961 [30] | Tahun 2000 [33] |
Jawa | 11,01% | 25,4% * | 35,16% |
Betawi | 36,19% | 22,9% | 27,65% |
Sunda | 25,37% | 32,85% | 15,27% |
Tionghoa | 14,67% | 10,1% | 5,53% |
Batak | 0,23% | 1,0% | 3,61% |
Minangkabau | 0,60% | 2,1% | 3,18% |
Melayu | 1,13% | 2,8% | 1,62% |
Bugis | -- | 0,6% | 0,59% |
Madura | 0,05% | -- | 0,57 |
Banten | -- | -- | 0,25 |
Banjar | -- | 0,20 | 0,10 |
Minahasa | 0,70% | 0,70 | -- |
Lain-lain | 10,05% | 1,35% | 6,47% |
* Catatan: Termasuk Suku Madura di dalamnya |
Jakarta berlokasi di sebelah utara
Pulau Jawa, di muara
Ciliwung,
Teluk Jakarta. Jakarta terletak di dataran rendah pada ketinggian rata-rata 8 meter
dpl. Hal ini mengakibatkan Jakarta sering dilanda banjir. Sebelah selatan Jakarta merupakan daerah pegunungan dengan curah hujan tinggi. Jakarta dilewati oleh 13 sungai yang semuanya bermuara ke
Teluk Jakarta. Sungai yang terpenting ialah Ciliwung, yang membelah kota menjadi dua. Sebelah timur dan selatan Jakarta berbatasan dengan provinsi
Jawa Barat dan di sebelah barat berbatasan dengan
provinsi Banten.
Kepulauan Seribu merupakan kabupaten administratif yang terletak di
Teluk Jakarta. Sekitar 105 pulau terletak sejauh 45 km (28 mil) sebelah utara kota.
Jakarta memiliki suhu udara yang panas dan kering atau beriklim tropis. Terletak di bagian barat Indonesia, Jakarta mengalami puncak musim penghujan pada bulan Januari dan Februari dengan rata-rata curah hujan 350 milimeter dengan suhu rata-rata 27 °C. Curah hujan antara bulan Januari dan awal Februari sangat tinggi, pada saat itulah Jakarta dilanda banjir setiap tahunnya, dan puncak musim kemarau pada bulan Agustus dengan rata-rata curah hujan 60 milimeter . Bulan September dan awal oktober adalah hari-hari yang sangat panas di Jakata, suhu udara dapat mencapai 40 °C .
[34]. Suhu rata-rata tahunan berkisar antara 25°-38 °C (77°-100 °F).
[35]
[sembunyikan]Data iklim Jakarta |
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 29.9 (85.8) | 30.3 (86.5) | 31.5 (88.7) | 32.5 (90.5) | 32.5 (90.5) | 31.4 (88.5) | 32.3 (90.1) | 32.0 (89.6) | 33.0 (91.4) | 32.7 (90.9) | 31.3 (88.3) | 32.0 (89.6) | 31.8 (89.2) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 24.2 (75.6) | 24.3 (75.7) | 25.2 (77.4) | 25.1 (77.2) | 25.4 (77.7) | 24.8 (76.6) | 25.1 (77.2) | 24.9 (76.8) | 25.5 (77.9) | 25.5 (77.9) | 24.9 (76.8) | 24.9 (76.8) | 25.0 (77) |
Presipitasi mm (inci) | 384.7 (15.146) | 309.8 (12.197) | 100.3 (3.949) | 257.8 (10.15) | 133.4 (5.252) | 83.1 (3.272) | 30.8 (1.213) | 34.2 (1.346) | 29.0 (1.142) | 33.1 (1.303) | 175.0 (6.89) | 84.0 (3.307) | 1.655,2 (65,165) |
Rata-rata hari berhujan | 26 | 20 | 15 | 18 | 13 | 17 | 5 | 24 | 6 | 9 | 22 | 12 | 187 |
Sumber: World Meteorological Organisation [36] |
Jakarta merupakan salah satu kota terbersih di Indonesia. Pada tahun
2010, lima wilayah kota di Jakarta meraih penghargaan Bangun Praja kategori "Kota Terbersih dan Terindah di Indonesia" (dulu disebut "Adipura"). Salah satu faktor penentu keberhasilan tersebut adalah keberadaan kawasan
Menteng dan
Kebayoran Baru yang asri dan bersih.
Selain Menteng dan Kebayoran Baru, banyak wilayah lain di Jakarta yang sudah bersih dan teratur. Pemukiman ini biasanya dikembangkan oleh pengembang swasta, dan menjadi tempat tinggal masyarakat kelas menengah. Pondok Indah, Kelapa Gading, Pulo Mas, dan Cempaka Putih, adalah beberapa wilayah pemukiman yang bersih dan teratur. Namun di beberapa wilayah lain Jakarta, masih nampak pemukiman kumuh yang belum teratur. Pemukiman kumuh ini berupa perkampungan dengan tingkat kepadatan penduduk cukup tinggi, serta banyaknya rumah yang dibangun secara berhimpitan di dalam gang-gang sempit. Beberapa wilayah di Jakarta yang memiliki kepadatan penduduk cukup tinggi antara lain,
Tanjung Priok,
Johar Baru,
Pademangan,
Sawah Besar, dan
Tambora.
Jakarta memiliki banyak taman kota yang berfungsi sebagai daerah resapan air. Taman
Monas atau Taman Medan Merdeka merupakan taman terluas yang terletak di jantung Jakarta. Di tengah taman berdiri
Monumen Nasional yang dibangun pada tahun 1963. Taman terbuka ini dibuat oleh Gubernur Jenderal
Herman Willem Daendels (1870) dan selesai pada tahun 1910 dengan nama
Koningsplein. Di taman ini terdapat beberapa ekor kijang dan 33 pohon yang melambangkan 33 provinsi di Indonesia.
[37]
Taman Suropati terletak di kecamatan
Menteng,
Jakarta Pusat. Taman berbentuk oval dengan luas 16,322 m2 ini, dikelilingi oleh beberapa bangunan Belanda kuno. Di taman tersebut terdapat beberapa patung modern karya artis-artis
ASEAN, yang memberikan sebutan lain bagi taman tersebut, yaitu
"Taman persahabatan seniman ASEAN".
[38]
Taman Lapangan Banteng merupakan taman lain yang terletak di Gambir, Jakarta Pusat. Luasnya sekitar 4,5 ha. Disini terdapat Monumen Pembebasan Irian Barat. Pada tahun 1970-an, taman ini digunakan sebagai terminal bus. Kemudian pada tahun 1993, taman ini kembali diubah menjadi ruang publik, tempat rekreasi, dan juga kadang-kadang sebagai tempat pertunjukan seni.
[39]

Peta DKI Jakarta tanpa Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Dasar hukum bagi DKI Jakarta adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. UU ini menggantikan UU Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta serta UU Nomor 11 Tahun 1990 tentang Susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibu kota Negara Republik Indonesia Jakarta yang keduanya tidak berlaku lagi.
Jakarta berstatus setingkat provinsi dan dipimpin oleh seorang gubernur. Berbeda dengan provinsi lainnya, Jakarta hanya memiliki pembagian di bawahnya berupa kota administratif dan kabupaten administratif, yang berarti tidak memiliki perwakilan rakyat tersendiri.
Kepala daerah[sunting]
Daftar kepala daerah yang pernah memerintah DKI Jakarta
Mayoritas dari anggota ini adalah wajah baru (70/94, sekitar 74%), dengan proporsi anggota perempuan 27/94 (meningkat dari periode sebelumnya, 11/56).
[43]
Kedutaan besar[sunting]
- Lihat pula: Daftar kedutaan besar di Jakarta
Di Jakarta terdapat 77 kedutaan besar negara-negara sahabat. Sebagian besar kedutaan ini terletak di kawasan bisnis Jakarta. Beberapa kedutaan besar negara-negara sahabat, sempat diancam oleh bom, yakni Kedutaan Besar Australia dan Kedutaan Besar Filipina. Kedutaan Besar Amerika Serikat, Inggris, dan Malaysia kerap menjadi tempat berdemonstrasi warga, yang memprotes kebijakan internasional negara tersebut.
- Lihat pula: Daftar perguruan tinggi swasta di Jakarta
DKI Jakarta menyediakan sarana pendidikan dari
taman kanak-kanak sampai
perguruan tinggi. Kualitas dari pendidikan pun juga sangat bervariasi dari gedung mewah ber-
AC sampai yang sederhana.
Belakangan ini mulai muncul berbagai sekolah dengan kurikulum yang diserap dari negara lain seperti
Singapura dan
Australia. Sekolah lain dengan kurikulum Indonesia pun juga muncul dengan metode pengajaran yang berbeda, seperti Sekolah Dasar Islam Terpadu. Selain sekolah yang didirikan oleh pemerintah, banyak pula sekolah yang dikembangkan oleh pihak swasta, seperti
Al-Azhar, Muhammadiyah, BPK Penabur,
Kolese Kanisius,
Don Bosco, Tarakanita, Pangudi Luhur, Santa Ursula, Regina Pacis dan Marsudirini.
DKI Jakarta juga menjadi lokasi berbagai
universitas terkemuka, antara lain :
Jakarta merupakan salah satu destinasi wisata yang cukup baik di Indonesia. Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Jakarta, pemerintah mengadakan program "Enjoy Jakarta". Beberapa tempat pariwisata yang terkenal dan biasa dikunjungi oleh para wisatawan lokal dan mancanegara diantaranya adalah
Taman Mini Indonesia Indah,
Pulau Seribu,
Kebun Binatang Ragunan, dan
Taman Impian Jaya Ancol (termasuk taman bermain
Dunia Fantasi dan
Seaworld Indonesia). Disamping itu Jakarta juga memiliki banyak tempat wisata sejarah, yakni berupa museum dan tugu. Diantaranya adalah
Museum Gajah,
Museum Fatahillah, dan
Monumen Nasional.
[44] Disamping tempat wisatanya yang memadai, saat ini di Jakarta telah tersedia sekitar 219 hotel berbintang, 3.173 restoran, dan 40 balai pertemuan.
[45] Hampir semua jaringan hotel kelas dunia telah membuka gerainya di Jakarta, seperti
JW Marriott Jakarta,
The Ritz-Carlton Jakarta, Shangri-La Hotel, dan Grand Hyatt Jakarta.
Wisata Belanja[sunting]
Dalam rangka menciptakan Jakarta sebagai kota tujuan wisata belanja, setiap bulan Juni-Juli pemerintah mengadakan program "Jakarta Great Sale". Program ini diadakan di pusat-pusat perbelanjaan yang terdapat di Jakarta. Untuk mewujudkan Jakarta sebagai tujuan wisata belanja yang unggul, pemerintah saat ini sedang mengembangkan poros Casablanca-Satrio sebagai poros wisata belanja. Di poros ini, terdapat beberapa pusat perbelanjaan untuk berbagai segmen, yaitu Mal Ambassador, ITC Kuningan,
Ciputra World Jakarta, Kuningan City, dan Kota Kasablanka. Tak jauh dari situ berdiri pula Plaza Festival, salah satu pusat kuliner yang menawarkan makanan-makanan khas Jakarta.
Pasar dan Pusat perbelanjaan[sunting]
-
Jakarta memiliki nama-nama pasar sesuai dengan nama hari dalam sepekan. Namun dari nama-nama hari itu termasuk
Pasar Minggu,
Pasar Senen,
Pasar Rebo, dan Pasar Jumat, dan kini menjadi nama sebuah daerah. Sementara, Pasar Selasa, Pasar Kamis, dan Pasar Sabtu, tidak terdengar lagi, konon karena terkalahkan oleh nama daerah. Nama pasar dikaitkan dengan nama hari karena dalam riwayatnya, aktivitas di pasar itu dilakukan pada hari tertentu. Misalnya, disebut
Pasar Senen karena aktivitas di pasar tersebut dulunya selalu dilakukan setiap hari
Senin. Kini nama tersebut menjadi sebuah kecamatan di wilayah
Jakarta Pusat.
Dalam arsip Kolonial, pasar pertama kali didirikan oleh seorang tuan tanah berdarah Belanda bernama Yustinus Vinck di bagian selatan Castle Batavia pada tahun
1730an. Pasar itu bernama Vincke Passer yang saat ini dikenal dengan nama
Pasar Senen. Vincke Passer merupakan pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan uang sebagai alat jual beli yang sah.
Kemudian masuk pada abad ke-19 atau pada tahun
1801, pemerintah
VOC memberikan kebijakan dalam perizinan membangun pasar kepada tuan tanah. Namun dengan peraturan pasar yang didirikan dibedakan menurut harinya.
Vincke Passer buka setiap hari Senin, sehingga orang pribumi sering menyebut Vincke Passer sebagai Pasar Senen dan hingga saat ini nama tersebut masih melekat hingga diabadikan menjadi sebuah nama daerah.
Selain Vincke Passer yang buka hari Senin, ada juga pasar yang buka hari Selasa yakni Pasar Koja, pasar yang buka setiap hari Rabu adalah Pasar Rebo yang kini menjadi Pasar Induk Kramat Jati. Kemudian pasar yang buka setiap hari Kamis adalah
Mester Passer yang kini disebut
Pasar Jatinegara. Selanjutnya ada beberapa pasar yang buka di hari Jumat, seperti Pasar Lebakbulus, Pasar Klender, dan Pasar Cimanggis.
Untuk Pasar Sabtu, atau pasar yang bukanya setiap hari Sabtu adalah
Pasar Tanah Abang. Sedangkan
Pasar Minggu atau yang dulu dikenal dengan sebutan
Tanjung Oost Passer buka pada hari Minggu. Perbedaan pengoperasian pasar ini dilakukan
VOC dengan alasan keamanan serta faktor untuk mempermudah orang dalam berkunjung dan lebih mengenal suatu pasar. Namun kebijakan berlakunya hari kerja pasar tak berlangsung lama. Sebab sejak VOC bangkrut akibat banyak pejabat yang korupsi, pemerintahan Belanda di Batavia diambil alih oleh Kerajaan Hindia-Belanda. Sejak zaman Hindia-Belanda, peraturan hari kerja pasar pun tak berlaku lagi, hingga sebagian besar pasar buka setiap hari, meski terlanjur menyandang nama hari sebagai nama pasar.
Di zaman
Hindia Belanda pada akhir abad ke-19 inilah banyak bermunculan pasar-pasar baru yang lebih modern, seperti
Pasar Baru dan
Pasar Glodok. Pasar-pasar yang muncul di era abad ke-19 akhir hingga awal abad ke-20 menjadi inspirasi lahirnya supermarket dan juga mal.
Sejak awal tahun 1980, Pemerintah DKI Jakarta gencar membangun
pusat-pusat perbelanjaan modern, atau biasa yang dikenal dengan mal dan plaza. Saat ini Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang banyak memiliki pusat perbelanjaan.
[46] Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta memiliki luas yang cukup besar (lebih dari 100.000 m
2). Di pusat-pusat perbelanjaan tersebut hadir berbagai
waralaba internasional seperti
Starbucks,
Sogo, jaringan restoran siap saji
McDonalds. Selain itu, perusahaan-perusahaan waralaba nasional juga memenuhi ruang pusat-pusat perbelanjaan tersebut, seperti
Es Teler 77,
J.Co dan Bakmie Gajah Mada.
Di samping pusat-pusat perbelanjaan mewah, Jakarta juga memiliki banyak pasar-pasar tradisional dan pusat perdagangan grosir antara lain
ITC Cempaka Mas, ITC Mangga Dua, ITC Roxy Mas,
Pasar Senen dan
Pasar Tanah Abang. Selain itu, terdapat pula hypermarket yang menjadi tren belanja kalangan menengah di Jakarta, antara lain
Carrefour,
Hypermart,
Giant,
Lotte Mart, dan Ranch Market. Untuk lingkungan yang lebih kecil, tersedia pula pusat belanja kebutuhan sehari-hari dengan harga yang terjangkau, seperti
Indomaret dan
Alfamart. Di Jakarta terdapat pula pasar yang menjual barang-barang unik dan antik, seperti di Pasar Surabaya dan Pasar Rawabening.
Beberapa pusat perbelanjaan modern di Jakarta adalah :[sunting]

Plaza Senayan, Jakarta Pusat
Jakarta Pusat[sunting]
- Grand Indonesia, merupakan salah satu mal terluas dan paling prestisius di Indonesia. Mal ini terbagi menjadi dua distrik, yaitu West Mall dan East Mall. Mal yang terletak di Jalan Thamrin, Jakarta Pusat ini, memiliki luas 250.000 m2, dan menjadi tempat bagi merek-merek papan atas, seperti Zara, Louis Vuitton, Marks & Spencer, Chanel, Burberry, Forever21, GAP, Gucci, Guess, Polo, dan Samuel & Kevin. Termasuk Toko Buku Gramedia. Di bagian bawah pusat perbelanjaan ini terdapat berbagai macam restoran yang dapat dinikmati oleh para pengunjung.
- Plaza Indonesia, terletak di Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Dengan luas sekitar 42.540 m2, mall ini pernah menjadi tempat pertama berdirinya Sogo Department Store Indonesia, namun telah ditutup sejak tahun 2009. Di mall ini terdapat Debenhams Department Store, Louis Vuitton, Food Hall, dan Hard Rock Cafe. Mall ini terintergrasi dengan EX Plaza, Grand Hyatt Hotel Jakarta, The Plaza Office Tower, The Keraton Hyatt Residence, dan Kedutaan Besar Jepang.
- Plaza Senayan, merupakan mal besar di Jakarta yang terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini memiliki luas 130.500 m2. Di mall ini terdapat sejumlah department store kelas menengah keatas seperti Sogo Department Storedan Metro Department Store. Di mall ini juga terdapat toko buku yang terkenal di dunia, yakni Kinokuniya. Di bagian atrium mall ini terdapat sebuah jam raksasa buatan Seiko, Jepang. Jam ini terdiri dari 6 patung pemusik, setiap patung memainkan alat musik yang berbeda.
- Senayan City, terletak di Jalan Asia Afrika, Jakarta Selatan. Mall ini terletak berseberangan dengan Plaza Senayan dan berdekatan dengan Gelora Bung Karno. Mall ini memiliki luas 68.000 m2. Di atas mall ini terdapat menara kantor stasiun televisi SCTV.
Jakarta Barat[sunting]
- Central Park Mall, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 167.000 m2. Desain mal ini meniru gaya unsur alam. Di mall ini terdapat sebuah food court yang asri, lalu terdapat Sogo Department Store, Carrefour, dan Central Park Furnishings. Mall ini terletak di kawasan Podomoro City yang dikembangkan oleh Agung Podomoro.
- Mal Taman Anggrek, terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Dengan luas sekitar 130.000 m2, pusat perbelanjaan ini menyediakan lapangan ski indoor yang terbesar di Asia Tenggara.
- Mall Ciputra Jakarta, berada di lokasi yang sangat strategis, yakni berada di depan jalan tol dan diapit oleh 2 universitas tekenal. Mall ini terletak di Jalan S. Parman, Jakarta Barat. Mall ini memiliki luas 80.000 m2. Diatas mall ini terdapat Hotel Ciputra Jakarta. Di mall ini terdapatMatahari Department Store dan Hero Supermarket.
Jakarta Utara[sunting]
- Mal Artha Gading, merupakan salah satu mal yang paling unik di Jakarta. Konsep interior mall ini meniru gaya sejarah Jalur Sutera. Mall ini memiliki 7 buah atrium, yakni atrium Nusantara, China, India, Persia, Italia, Paris, dan Millenium. Mal ini memiliki luas 270.000 m2. Di mall ini terdapat Ace Hardware & Index, Diamond Supermarket, Electronic City, IT Center, Amazone, Artha XXI dan lain lain.
- Mal Kelapa Gading, terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard, Jakarta Utara. Dengan luas mencapai 147.000 m2, mal ini memiliki food court dan pusat mode terlengkap di Jakarta.
- Emporium Pluit Mall, terletak di Jalan Pluit Selatan Raya, Jakarta Utara. Dengan luas 61.243 m2, mall ini memiliki Sogo Department Store, Carrefour, dan anchor tenant lainnya.

Mal Taman Anggrek, Jakarta Barat
Jakarta Selatan[sunting]
- Pondok Indah Mall, terletak di Jalan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. Mall ini terdiri dari 2 bangunan utama yakni Pondok Indah Mall I dan II. Pondok Indah Mall II adalah mall terlengkap untuk memenuhi kebutuhan warga Jakarta Selatan. Di mall II ini terdapat Sogo Department Store, Metro Department Store, dan banyak tenant besar lainnya.
- Pacific Place Jakarta, terletak di kawasan SCBD. Di atas mall ini terdapat Ritz Carlton Hotel Pacific Place dan dua menara Ritz Carlton Residence. Di mall ini terdapat M Pacific Place, Kidzania, Blitzmegaplex, Kem Chicks, dan tenant lainnya.
- Cilandak Town Square, terletak di Jalan TB. Simatupang, Jakarta Selatan. Mall ini terkenal sebagai pusat hiburan di Jakarta Selatan. Di mal ini terdapat banyak restoran, lounge, dan cafe.
Jakarta Timur[sunting]
Budaya Jakarta merupakan budaya
mestizo, atau sebuah campuran budaya dari beragam etnis. Sejak zaman Belanda, Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang menarik pendatang dari dalam dan luar Nusantara. Suku-suku yang mendiami Jakarta antara lain,
Jawa,
Sunda,
Minang,
Batak, dan
Bugis. Selain dari penduduk Nusantara, budaya Jakarta juga banyak menyerap dari budaya luar, seperti budaya
Arab,
Tiongkok,
India, dan
Portugis.
Jakarta merupakan daerah tujuan urbanisasi berbagai ras di dunia dan berbagai suku bangsa di Indonesia, untuk itu diperlukan bahasa komunikasi yang biasa digunakan dalam perdagangan yaitu
Bahasa Melayu. Penduduk asli yang berbahasa Sunda pun akhirnya menggunakan bahasa Melayu tersebut.
Walau demikian, masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam
bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng, dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang digambarkan dalam naskah kuno
Bujangga Manik[47]yang saat ini disimpan di perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris.
Meskipun bahasa formal yang digunakan di Jakarta adalah
Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan sehari-hari adalah
Bahasa Melayu dialek Betawi. Untuk penduduk asli di Kampung Jatinegara Kaum, mereka masih kukuh menggunakan bahasa leluhur mereka yaitu
bahasa Sunda.
Bahasa daerah juga digunakan oleh para penduduk yang berasal dari daerah lain, seperti
Jawa,
Sunda,
Minang,
Batak,
Madura,
Bugis,
Inggris dan
Tionghoa. Hal demikian terjadi karena Jakarta adalah tempat berbagai suku bangsa bertemu. Untuk berkomunikasi antar berbagai suku bangsa, digunakan Bahasa Indonesia.
Selain itu, muncul juga
bahasa gaul yang tumbuh di kalangan anak muda dengan kata-kata yang kadang-kadang dicampur dengan bahasa asing.
Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang paling banyak digunakan, terutama untuk kepentingan diplomatik, pendidikan, dan
bisnis.
Bahasa Mandarin juga menjadi bahasa asing yang banyak digunakan, terutama di kalangan pebisnis Tionghoa.
Jakarta merupakan kota internasional yang banyak menyajikan makanan khas dari seluruh dunia. Di wilayah-wilayah yang banyak didiami oleh para ekspatriat asing, seperti di daerah Menteng, Kemang, Pondok Indah, dan daerah pusat bisnis Jakarta, tidak sulit untuk menjumpai makanan-makanan khas asal Eropa, China, Jepang dan Korea. Makanan-makanan ini biasanya dijual dalam restoran-restoran mewah.
Di Jakarta, dan seperti kota-kota lainnya di Indonesia,
Rumah Makan Padang merupakan restoran yang paling banyak dijumpai. Hampir di setiap sudut kota, dengan mudahnya dijumpai rumah makan yang manyajikan masakan asal
Minangkabau ini. Selain Masakan Minang, Jakarta juga memiliki makanan khasnya. Yang paling terkenal adalah
Kerak Telor,
Soto Betawi, Kue Ape, Roti Buaya, Combro, dan Nasi Uduk. Sebagai tempat bermukimnya berbagai etnis di Indonesia, disini juga bisa ditemukan berbagai macam makanan tradisional dari daerah lainnya, seperti
Rawon,
Rujak Cingur, dan
Kupang Lontong.

Gelora Bung Karno pada acara AFC Cup 2007
Tempat-tempat olahraga di Jakarta antara lain:
Gelora Bung Karno Senayan di
Jakarta Pusat;
Stadion Lebak Bulus, GOR Bulungan, Lapangan Golf Pondok Indah, Lapangan Golf Matoa, dan
GOR Soemantri Brodjonegoro Kuningan di
Jakarta Selatan; Stadion Tugu,
Stadion Kamal, Gedung Basket Kelapa Gading, Lapangan Golf
Ancol, dan
Sports Mall Kelapa Gading di
Jakarta Utara; Stadion Bea Cukai Rawa Mangun, Lapangan Golf Rawa Mangun, Pacuan Kuda Pulo Mas, dan Gedung Senam DKI
Radin Inten di
Jakarta Timur
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa tediri dari 20-surat kabar yang terbit di kota ini antara lain:
Terrestrial televisi[sunting]
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa terdiri dari 22-stasiun televisi (14-siaran nasional & 8-siaran ibu kota) seperti:
Televisi berlangganan[sunting]
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa televisi berlangganan seperti:
Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga memiliki beberapa terdiri dari 95-buah stasiun radio bersiaran lokal seperti:

Banjir merupakan masalah berkepanjangan yang terus melanda Jakarta.
Sebagaimana umumnya kota megapolitan, kota yang berpenduduk di atas 10 juta, Jakarta memiliki masalah
stress,
kriminalitas, dan
kemiskinan. Penyimpangan peruntukan lahan dan privatisasi lahan telah menghabiskan persediaan taman kota sehingga menambah tingkat stress warga Jakarta. Kemacetan lalu lintas, menurunnya interaksi sosial karena
gaya hidup individualistik juga menjadi penyebab stress.
Tata ruang kota yang tidak partisipatif dan tidak humanis menyisakan ruang-ruang sisa yang mengundang tindak laku kriminal.
Penggusuran kampung miskin dan penggusuran lahan usaha informal oleh pemerintah DKI adalah penyebab aktif kemiskinan di DKI.
Jumlah pendatang di Jakarta (2002-2005) :
Tahun | Eksodus | Influks | Perbedaan |
2002 | 2.643.273 | 2.874.801 | 231.528 |
2003 | 2.816.384 | 3.021.214 | 204.830 |
2004 | 2.213.812 | 2.404.168 | 190.356 |
2005 | ? | | 200.000-250.000* |
Catatan: * perkiraan
Sumber: Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta
Pembangunan tanpa kendali di wilayah hilir, penyimpangan peruntukan lahan kota, dan penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri, menyebabkan turunnya kapasitas penyaluran air sistem sungai, yang menyebabkan terjadinya banjir besar di Jakarta.
Tata ruang kota yang sering berubah-ubah, menyebabkan polusi udara dan banjir sulit dikendalikan. Walaupun pemerintah telah menetapkan wilayah selatan Jakarta sebagai daerah resapan air, namun ketentuan tersebut sering dilanggar dengan terus dibangunnya perumahan serta pusat bisnis baru. Beberapa wilayah yang diperuntukkan untuk pemukiman, banyak yang beralih fungsi menjadi tempat komersial.
Untuk memperbaiki keadaan, Jakarta membangun dua banjir kanal, yaitu Banjir Kanal Timur dan Banjir Kanal Barat. Banjir Kanal Timur mengalihkan air dari kali Cipinang ke arah timur, melalui daerah Pondok Bambu, Pondok Kopi, Cakung, sampai Cilincing. Sedangkan Banjir Kanal Barat yang telah dibangun sejak zaman
kolonial Belanda, mengaliri air melalui Karet, Tanahabang, sampai Angke. Selain itu Jakarta juga memiliki dua drainase, yaitu Cakung Drain dan Cengkareng Drain.
Kota-kota yang memiliki hubungan
kota kembar dengan Jakarta adalah:
- ^ Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [1], diakses pada 24 Mei 2013
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003. ISBN 9812302123.
- ^ Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
- ^ (Inggris) "A Day in J-Town". Jetstar Magazine. April 2012. Diakses 2 Januari 2013.
- ^ (Inggris) Suryodiningrat, Meidyatama (2007-06-22). "Jakarta: A city we learn to love but never to like". The Jakarta Post. Diarsipkan dariaslinya tanggal 2008-02-21.
- ^ "Travel Indonesia Guide – How to appreciate the 'Big Durian' Jakarta". Worldstepper-daworldisntenough.blogspot.com. 8 April 2008. Diakses 27 April 2010.
- ^ Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI. [2], diakses pada 24 Mei 2013
- ^ Sensus Penduduk 2010. Biro Pusat Statistik
- ^ Thee Liang Gie; Sejarah Pemerintahan Kota Djakarta, Jakarta: Kotapraja Djakarta Raja, 1958, hal. 83.
- ^ ".. Xacatara por outro nome Caravam ..", Barros, Da Asia decada IV, liv. 1, Cap XII, hlm. 77, dalam laman web Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
- ^ T.B.G. jilid 19 tahun 1870, hal. 393, dalam Slamet Muljana, Sriwijaya, hal. 72. LKiS, 2006. ISBN 979-8451-62-7. Diakses 22 September 2011.
- ^ Titik Pudjiastuti, (2007), Perang, dagang, persahabatan: surat-surat Sultan Banten, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 979-461-650-8.
- ^ Jaketra, Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta, www.jakarta.go.id, © 1995 - 2011 Dinas Komunikasi, Informatika dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta, Diakses 23 September 2011.
- ^ Rushdy Hoesein, Sejarah Hari Lahirnya Kota Jakarta, 6 Juni 2007. Diakses 22 September 2011.
- ^ Djulianto Susantio, Pendirian Jakarta dan Pangeran Jayakarta, hurahura.wordpress.com, 1 Maret 2010. Diakses 22 September 2011.
- ^ Wijayakusuma, H.M. Hembing. Pembantaian Massal 1740, Tragedi Berdarah Angke. Pustaka Populer Obor.
- ^ Alwi Shahab, Koran Republika, 1 Desember 2007
- ^ Jakarta 1960-an: Kenangan Semasa Mahasiswa, Firman Lubis, Masuo Jakarta, 2008 ISBN 979-3731-46-X
- ^ Jakarta Kini
- ^ [3]
- ^ www.beritasatu.com Lampau Target, Transaksi BEI Naik 43%
- ^ bps.go.id BPS Provinsi DKI Jakarta
- ^ kontan.co.id Pertumbuhan Hunian Mewah Jakarta Tertinggi Dunia
- ^ www.investor.co.id Pertumbuhan Pencakar Langit Jakarta 87,5%
- ^ sindonews.com Rasio Jalan di Jakarta baru 6,2 persen
- ^ www.jakartawater.org[4]
- ^ Data pemerintahan tidak ikut menghitung data kependudukan kecamatan Pesanggrahan dan Cilandak di Jakarta Selatan. Kedua kecamatan ini penduduknya adalah 300.000 jiwa atau sekitar 4 % penduduk Jakarta. Data ini tidak mencatat para penganut agama Kong Hu Cu
- ^ Data Robert Cribb, Historical Atlas of Indonesia (2000:47-51)
- ^ Indonesia's Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. Institute of Southeast Asian Studies. 2003.
- ^ a b c Lance Castles, Profil Etnik Jakarta, Masup Jakarta, 2007
- ^ Dinas Kebudayaan dan Permuseuman, Ensiklopedi Jakarta: Culture & Heritage: Volume 3, Yayasan Untuk Indonesia, Jakarta Raya (Indonesia), 2005
- ^ Nederlandsch Indie, Departement van Economischezaken, Volkstelling 1930 Vol. I, Batavia, 1935
- ^ Sensus Penduduk Tahun 2000
- ^ Turner, Peter (1997). Java (ed. 1st edition). Melbourne: Lonely Planet Publications. hlm. p. 37. ISBN 0-86442-314-4.
- ^ "Jakarta: When to Go". Lonely Planet. Lonely Planet Publications. 2008. Diakses 2008-10-06.
- ^ "World Weather Information Service - Jakarta".
- ^ "Taman Medan Merdeka (Indonesian)". Dartmouth deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ "Taman Suropati (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ "Taman Lapangan Banteng (Indonesian)". deskominfomas. Jakarta.go.id.
- ^ http://www.merdeka.com/jakarta/pelantikan-jokowi-diundur-mendagri-tunjuk-sekda-dki
- ^ Hasil Peroleh Suara DPD DKI Jakarta
- ^ Jakarta wraps up vote recapitulation, Democratic Party leads. The Jakarta Post. Edisi 2 Mei 2009 daring. Diakses 2 Mei 2009.
- ^ 74 Persen Anggota DPRD DKI Wajah Baru. Kompas daring. 4-5-2009.
- ^ "Ibukota Negara Monumental (Indonesian)".
- ^ www.jakarta.go.id Situs Resmi Pemerintah DKI Jakarta
- ^ Jakarta Malls and Shopping Centers - Luxury shopping in Indonesia
- ^ Three Old Sundanese Poems. KITLV Press. 2007.
[sembunyikan]
|
|
Moda dan jaringan |
|
|
Infrastruktur terprogram |
|
|
Operator rel |
|
|
Operator rel regional |
|
|
Operator bus metropolitan dan regional |
|
|
Tiket |
|
|
Otoritas |
|
|
[sembunyikan]
|
|
Asia Barat dan Barat Daya | Asia Tengah | Asia Timur |
|
Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA)Amman, YordaniaAnkara, Turki 7Bagdad, IrakBaku, Azerbaijan 7Beirut, LebanonDamaskus, SuriahDoha, QatarJerusalem, Israel dan diklaim oleh Otoritas Palestina 6 8Kuwait City, KuwaitManama, BahrainMuskat, OmanNikosia, Siprus 8Ramallah, de facto Otoritas PalestinaRiyadh, Arab SaudiSana'a, YamanTbilisi, Georgia 7Teheran, IranYerevan, Armenia 8
|
|
Beijing, Republik Rakyat Cina (RRC)
Asia Tenggara
Bandar Seri Begawan, BruneiBangkok, ThailandDili, Timor LesteHanoi, VietnamJakarta, IndonesiaKuala Lumpur 4 dan Putrajaya, 5 MalaysiaManila, FilipinaNaypyidaw, MyanmarPhnom Penh, KambojaPort Moresby, Papua Nugini 9Singapura, SingapuraVientiane, Laos
|
|
|
4 Formal 5 Administratif 6 Lihat Posisi di Yerusalem untuk keterangan lebih lanjut atas status Yerusalem 7 Negara lintas benua 8 Sepenuhnya berada di Asia Barat tetapi memiliki hubungan sosio-politik dengan Eropa 9 Sepenuhnya berada di Melanesia tetapi memiliki hubungan sosio-politik dengan Asia Tenggara |
|